Wednesday 28 May 2014

KEBERLANJUTAN USAHA



Seri : Mengapa harus menggunakan akuntansi 2


Pernah anda membaca atau hanya mendengar sebuah survey tentang kelangsungan sebuah perusahaan. Ya….dalam uraiannya menjelaskan kepada kita sebuah kenyataan bahwa rata-rata perusahaan yang dikelola oleh keluarga (perusahaan keluarga) tidak dapat bertahan lama. Kebanyakan dari type perusahaan seperti itu hanya mampu bertahan sampai generasi ke 3 atau bahkan lebih cepat dari itu hanya 2 generasi saja kejayaan perusahaan sudah mulai suram.
Oke kita pasti tak perlu ambil fikir lagi bahwa sejak orang tua kita mendirikan perusahaan tersebut, beliau telah mengantarkan perusahaan menuju kesuksesan yang cemerlang. Dan kesuksesan tersebut akan terus berlangsung hingga orang tua kita memasuki masa tuanya. Masa dimana ia akan beristirahat untuk menikmati hasil jerih payahnya selama ini.
Namun apakah kita sebagai penerus hanya akan menerima warisan harta yang berlimpah tanpa adanya upaya untuk lebih mengembangkan lagi. Tentu saja coment ini sangat klise dan tampak bodoh diucapkan. Sudah pasti lah tidak begitu, pastinya kita sebagai penerus tentunya ingin perusahaan yang telah menjadi milik kita menjadi semakin besar…besar….dan berkembang terus hingga menjadi sebuah perusahaan yang kokoh dan tetap dapat memberikan income yang super.

Analisis => Usaha sangat maju ketika dikelola oleh orang tua kita
Ketika orang tua kita membangun usaha tersebut mereka benar-benar konsen kepada pekerjaannya. Semua kemampuan berfikir mereka kerahkan untuk dapat memperoleh income dari bisnis yang digelutinya. Tanggungjawabnya untuk menghidupi keluarga seakan telah menjadi motor penggerak yang hebat bagi mereka hingga menjadikan ia seorang usahawan yang tangguh. Ditambah lagi oleh pengalaman yang matang dalam menghadapi persaingan di dunia usaha yang sangat keras. Itu semua telah menjadikan dirinya seorang entrepreneur yang handal dengan usaha yang mampu meraup income yang besar.

Analisis => Usaha mulai suram, kinerja menurun ketika usaha dikelola generasi II
1.  Lalai Mempersiapkan Penerus.
Karena terlalu asyik mengelola usaha. Seorang ayah kadang sampai lupa untuk mempersiapkan anaknya untuk menjadi pengganti dirinya kelak ketika telah uzur. Tidak jarang yang terjadi malah seorang pemilik usaha malah lebih mempercayakan usahanya kepada orang lain. Dengan alasan sudah lama ikut sebuah perusahaan keluarga maka orang tersebut menjadi orang yang berpengaruh di perusahaan.
Jika hal semacam itu terjadi barulah orang tua menjadi tersadar bahwa telah terjadi jeda pada perkembangan usahanya. Namun untuk memulai menjadikan si anak sebagai penerus dirinya menjadi terlambat. Karena bukan perkara yang mudah dan waktu yang singkat bagi seorang anak muda untuk menjadi seorang pemimpin dan pengambil keputusan.
Saya rasa hal ini itu semua tidak perlu terjadi jika orang tua telah mempertimbangkan hal tersebut sejak awal, sejak anaknya masih remaja. Sejak dini orang tua telah mengenalkan bagaimana cara memimpin sebuah perusahaan dan mengendalikan uang perusahaan agar perusahaan dapat berjalan dengan efisien.
2.  Persaingan Dalam Keluarga.
Permasalahan juga bisa timbul ketika ahli waris perusahaan lebih dari satu. Pembagian yang tidak jelas tentang manajemen atau kepemilikan dapat memicu kecemburuan antar saudara kandung. Konflik yang terjadi akan semakin memuncak ketika orang tua telah meninggal tanpa ada sebuah surat yang menjadi penegas atas perusahaan yang dimiliki.
Ujung-ujungnya yang terjadi adalah saling mendominasi dan rasa paling memiliki terhadap aset perusahaan. Tindakan masing-masing anak akan semakin brutal dalam memperlakukan aset-aset milik perusahaan. Mereka sudah tidak peduli lagi terhadap kelangsungan operasional perusahaan. Yang ada hanyalah hasrat untuk megeruk sebanyak-banyaknya harta yang ada pada perusahaannya.