Seri : Mengapa harus menggunakan akuntansi 2
Pernah anda membaca atau hanya mendengar sebuah survey
tentang kelangsungan sebuah perusahaan. Ya….dalam uraiannya menjelaskan kepada
kita sebuah kenyataan bahwa rata-rata perusahaan yang dikelola oleh keluarga
(perusahaan keluarga) tidak dapat bertahan lama. Kebanyakan dari type
perusahaan seperti itu hanya mampu bertahan sampai generasi ke 3 atau bahkan
lebih cepat dari itu hanya 2 generasi saja kejayaan perusahaan sudah mulai
suram.
Oke kita pasti tak perlu ambil fikir lagi bahwa sejak orang
tua kita mendirikan perusahaan tersebut, beliau telah mengantarkan perusahaan
menuju kesuksesan yang cemerlang. Dan kesuksesan tersebut akan terus
berlangsung hingga orang tua kita memasuki masa tuanya. Masa dimana ia akan
beristirahat untuk menikmati hasil jerih payahnya selama ini.
Namun apakah kita sebagai penerus hanya akan menerima
warisan harta yang berlimpah tanpa adanya upaya untuk lebih mengembangkan lagi.
Tentu saja coment ini sangat klise dan tampak bodoh diucapkan. Sudah pasti lah
tidak begitu, pastinya kita sebagai penerus tentunya ingin perusahaan yang
telah menjadi milik kita menjadi semakin besar…besar….dan berkembang terus
hingga menjadi sebuah perusahaan yang kokoh dan tetap dapat memberikan income
yang super.
Analisis => Usaha sangat maju ketika dikelola oleh orang tua kita
Ketika orang tua kita membangun usaha tersebut mereka
benar-benar konsen kepada pekerjaannya. Semua kemampuan berfikir mereka
kerahkan untuk dapat memperoleh income dari bisnis yang digelutinya.
Tanggungjawabnya untuk menghidupi keluarga seakan telah menjadi motor penggerak
yang hebat bagi mereka hingga menjadikan ia seorang usahawan yang tangguh.
Ditambah lagi oleh pengalaman yang matang dalam menghadapi persaingan di dunia
usaha yang sangat keras. Itu semua telah menjadikan dirinya seorang
entrepreneur yang handal dengan usaha yang mampu meraup income yang besar.
Analisis => Usaha mulai suram, kinerja menurun ketika usaha dikelola generasi II
1. Lalai Mempersiapkan Penerus.
Karena
terlalu asyik mengelola usaha. Seorang ayah kadang sampai lupa untuk
mempersiapkan anaknya untuk menjadi pengganti dirinya kelak ketika telah uzur.
Tidak jarang yang terjadi malah seorang pemilik usaha malah lebih mempercayakan
usahanya kepada orang lain. Dengan alasan sudah lama ikut sebuah perusahaan
keluarga maka orang tersebut menjadi orang yang berpengaruh di perusahaan.
Jika hal semacam itu terjadi
barulah orang tua menjadi tersadar bahwa telah terjadi jeda pada perkembangan
usahanya. Namun untuk memulai menjadikan si anak sebagai penerus dirinya
menjadi terlambat. Karena bukan perkara yang mudah dan waktu yang singkat bagi
seorang anak muda untuk menjadi seorang pemimpin dan pengambil keputusan.
Saya rasa hal ini itu semua tidak
perlu terjadi jika orang tua telah mempertimbangkan hal tersebut sejak awal,
sejak anaknya masih remaja. Sejak dini orang tua telah mengenalkan bagaimana
cara memimpin sebuah perusahaan dan mengendalikan uang perusahaan agar perusahaan
dapat berjalan dengan efisien.
2. Persaingan Dalam Keluarga.
Permasalahan juga bisa timbul ketika ahli waris perusahaan lebih dari
satu. Pembagian yang tidak jelas tentang manajemen atau kepemilikan dapat
memicu kecemburuan antar saudara kandung. Konflik yang terjadi akan semakin memuncak
ketika orang tua telah meninggal tanpa ada sebuah surat yang menjadi penegas
atas perusahaan yang dimiliki.
Ujung-ujungnya
yang terjadi adalah saling mendominasi dan rasa paling memiliki terhadap aset
perusahaan. Tindakan masing-masing anak akan semakin brutal dalam memperlakukan
aset-aset milik perusahaan. Mereka sudah tidak peduli lagi terhadap
kelangsungan operasional perusahaan. Yang ada hanyalah hasrat untuk megeruk
sebanyak-banyaknya harta yang ada pada perusahaannya.